Rabu, 21 April 2010

Adiwastra 2010

Balik lagi ke Jakarta.... kota dengan sejuta polusinya.... simpang siur persimpangannya dengan segala kegaduhan oktaf yang naik turun bagai suara serangga saat hujan berhenti membasahi bumi.... berisik lalu lalang tiap penghuninya bahkan ketika surya belum lagi nongol di langit timur hingga saatnya keluar dari gedung JCC Senayan, sinar masih menerangi Jakarta yang tak pernah sepi letih menari bersama waktu yang merambat pelan setengah hati.
Adiwastra 2010... sejuta harapan mekar di hati.... exciting penuh harap2 cemas... suasana hati tak beda jauh dengan Jakarta....
Seperti tahun-tahun sebelumnya, penghuni Adiwastra sebagian besar wajah2 yg tak asing di mata. Dua hall yang penuh dengan berbagai macam jenis dan motif batik juga kain tenun ikat.... semua pada berlomba menunjukan yang terbaik. Sekalipun ada juga diantara para pengerajin textile yang penuh kreativitas menyusup para pengembira yang ala kadarnya saja ikut2an mamerin yang jelas2 bukan hasil karya mereka. Dengan kata lain cuman numpang jualan.

Sebenarnya sah-sah saja orang mau mamerin hasil kreativitas mereka atau mau jualan.... toh, intinya memang mau jual hasil produksi mereka.... Namun alangkah baiknya kalau yang kita pamerin ataupun yang kita jual adalah hasil sebuah proses kreativitas yang memang punya kualitas dan patut mendapatkan perhatian publik dan lebih baiknya lagi patut untuk dibanggakan.

Seperti katanya Obin, waktu beliau ikut meramaikan acara talk show dengan majalah ''Fashion Pro''....
Be Different Be Original. Banyak orang punya kreativitas seabrek tapi berapa banyak seh yang punya sense originalitas? Berapa banyak dari kita yang berani tampil beda?
Kata2 simple dari Obin benar2 patut direnungkan untuk langkah kita ke depan.....

Kalau semisalnya ada poling pendapat dari peserta pameran Adiwastra 2010, pastinya 90% akan mengatakan bahwa hari pertama adalah the horrible day... karena sepinya pengunjung!!!!!!!!!!
Kata kecewa mungkin bukan kata yang tepat untuk mewakili perasaan para peserta Adiwastra 2010.... Lalu apa yang lebih rendah dan ngenes dari kata ''kecewa'' ya? Entahlah...... yang jelas banyak peserta yang ngeluh. Ibu2 pejabat atau para istri pejabat yang banyak mondar-mandir dan melenggak-lenggok bagaikan para top model kawakan lengkap dengan segala pernak pernik dan design baju-kebaya-sarung yang termuktahir, tidak bisa menjadi penghibur para peserta pameran.

Selebihnya, pameran kali ini tak semeriah pameran tahun lalu. Selain sepi pengunjung juga sepi akan hiburan yang lain dari pada yang lain, tidak ada greget plus nga ada something different. Masih tertolong dengan acara talk show yang diadain oleh Fashion Pro < yang juga sepi peminat> , serta koleksi batik-batik antik dari para kolektor serta keraton Yogya dan Solo.

Jakarta memang tak selamanya menjanjikan keindahan ataupun kesuksesan. Banyak peserta yang pulang dengan kati kecewa atau mungkin parahnya dengan tangan hampa. Lebih kurangnya, banyak hal yang bisa dipelajari dari pameran tempo hari itu.... 
Batik Lasem, Batik Cirebon dan Batik Lawasan masih merajai dunia perbatikan kita. Nga ketinggalan juga kain tenun dari NTT yang pasti TOP, sedikit narsis tapi tetap exsist. Salut bwt mereka! Jauh-jauh mereka datang dari belahan timur Indonesia tapi mereka tetep keukeuh dan pe-de. Sekalipun harga selembar kain ikatnya sudah sampai enam digit tetap saja tak sepi peminat.

Hal yang paling seru adalah sempat photo bareng sama Bu Retno, pemred dari majalah Fashion Pro. Sekalipun acara talk shownya sepi pengunjung namun tetep saja cool dan dengan elegan memandu acara hingga tuntas.

Ohya, ada juga sebuah stand di hall B terselip diantara keramaian luput dari dari pantauan.... stand dari Filipina.
Mereka memamerkan sutra dan kain ikatnya. Sayang.... kurang mengundang. Seandainya saja mereka lebih gencar dan aktif  dalam mempromosikan keberadaan mereka. Seperti halnya, bisa diambil contoh pada pameran Adiwastra 2009 ada stand khusus dari Jepang yang memamerkan seni dan kebudayaan mereka, mungkin itu akan lebih menarik perhatian pengunjung untuk lebih mengenal kebudayaan kain dari Filipina.

Semoga saja tahun depan Adiwastra lebih meriah, lebih terekspos keluar sehingga lebih banyak peminat kain yang datang berkunjung.

Hidup Kain Indonesia!