Minggu, 03 Mei 2009

WONG BALI?




Waktu aq menamakan batik buatan ku dengan nama ``Batik Wong Bali`` banyak orang dan teman-temanku yang ngga habis fikir, kenapa?

Ada pula diantara meraka yang ngenyek dengan diplesetkan menjadi ``batik wong samar``. Di Bali pengertian wong samar tidaklah begitu bagus, itu artinya orang yang tak nampak dan konotasinya lebih pada hal-hal yang berbau klenik-klenik.
Banyak diantara mereka yang bertanya kenapa harus Wong Bali, kenapa tidak pilih nama lainnya yang pure membawa atmosphere Bali.
Perlu diketahui, seperti halnya Bahasa Jawa, Bahasa Bali pun mengenal tingakatan bahasa. Dari yang halus, menengah dan kasar. Nah dalam hal ini kata ``wong`` yang diadaptasi dari Bahasa Jawa, di Bali sering digunakan untuk nenujukan sesuatu yang berasal dari kelas bawah. Seperti halnya ``wong samar`` ataupun ``wong jero``.
Sebenarnya penemuan nama ini boleh dikatakan sebuah kecelakaan dalam obrolran ringan dengan Mike yang suka nonkrong di restoranku kalo dia sudah habis meeting dengan koleganya. Saking seringnya kami bertukar guyonan tentang apa saja di sekitar kami jadilah nama itu yang tercetus, hingga pada akhirnya kami baru sadar : ``hey nama itu boleh juga ya...``
Singkatnya begini saja...
Awalnya dimulai dengan pertanyaan, apa sih batik Bali itu? Seperti apa designnya? Akan dipasarkan dimana, dsb. Sebenarnya, batik di Bali sudah ada sebelum aq terjun di dunia ini. Banyak senior-senior ku yang sudah malang melintang bahkan produknya sudah diekspor keluar negeri. Cuman masalahnya mereka masih belum begitu aktif mengembangkan Batik. Dalam artian, mereka mengembangkan batik lebih banyak untuk handycraf bukan batik seperti yang ada di Jawa, yang berupa kain panjang ataupun baju-baju batik.
Disinilah kemudian aq menemukan sebuah peluang untuk membuka usaha batik ini, dengan mendesignnnya sendiri bahkan pada awalnya aq kerjakan sendiri. Dari pendesignan, pembatikan sampai pada tahap pewarnaan. Awalnya konsumen yang memesan batikan adalah keluarga dekat/jauh yang memang notabene mereka adalah pecinta setia batik. Mereka menginginkan sebuah batik dengan design yang berbeda.
Sesuatu yang exclusive dan designnya hanya dibuat satu.
Hal kedua kenapa aq kemudian menetapkan untuk menggunakan kata `wong` adalah, suka tidak suka, kita tidak bisa pungkiri bahwa akar budaya batik adalah Jawa. Jadi biar bagaimanapun apa salahnya sih kita ambil sebuah kata yang juga berasal dari Jawa? Intinya aq tidak ingin memutuskan ikatan yang telah ada. Sekalipun aq telah menyerap semua ilmu tentang perbatikan itu bukan berarti aq bisa lepas dari akar batik itu sendiri.

Inilah impianku teman tentang Batik Bali. Sebuah karya yang dibuat sendiri oleh putra-putri Bali sehingga bisa disebut sebagai Batik Wong Bali.
Namun dalam perjalananku di dunia batik ini... betapa sulitnya mengajak generasi baru yang serba instan ini untuk mulai menggeluti dunia batik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar