Kamis, 21 Mei 2009

Naga


Entah kenapa `naga`menjadi suatu simbul yg sungguh berarti di Bali. Bila kita mengunjungi Pura atau sebuah prosesi ngaben dari keluarga aristrokat di Bali, pasti ada simbul `` naga``.
Aq di besarkan di lingkungan keluarga yg masih keukeuh pada adat tradisi. Sadar tidak sadar banyak hal yg tdk pernah menjadi perhatian sebelumnya, kini begitu lekat di fikiran, tanpa sadar sudah membayangi kemana kaki melangkah. Sedikit terasa aneh bukan... ?! Sampai2 saat ingin punya tatoo temporary pun aq pilih motif naga juga. Dan sekarang, ketika membuat design2 baru untuk batik, aq lebih sering membuat motif naga... how come?
Pernah sekali waktu ada client yg tanya, kenapa?
Buatku pribadi, naga adalah simbul dari sebuah kekuatan mistis yg tak pernah bisa dengan gamblang bisa dijabarkan. Sebuah eksotik sense yg merambat diberanda hati.
Penuh kedalaman bahkan dalam cerita2 orang-tua kita zaman dulu penuh dengan filosofi hidup. Benarkah?

Kamis, 14 Mei 2009

Profesor Batik



Dear Reader…
Bila kalian ingin tahu seperti apa keseharian tukang batik kita, lihatlah photo diatas. Ini adalah salah satu situasi mereka yang sempat terekam kamera. Ini adalah para pekerja batik di daerah Lasem. Mereka bekerja dalam ruangan yang hampir tertutup rapat, bersesak-sesakan dan tanpa pencahayaan yang memadai. Namun demikian dari ruang yang terkotak remang inilah batik-batik tulis dengan kwalitas prima dihasilkan. Semisal diumpakan keseharian dunia pendidikan, mereka inilah para profesor dibidangnya. Dan bila kita perhatikan sistem bekerja mereka dipastikan anda semua akan dibuat geleng-geleng kepala. Akankah anda percaya bahwa rata-rata ongkos kerja mereka per hari adalah Rp. 10.000? Dibandingkan ongkos tukang batik di Yogya ataupun di Solo bahkan di Bali, sangat jauhlah perbandingannya.

Pertanyaannya kemudian,bagaimana mereka bisa survive?
Teman, inilah yang di sebut dengan kuasa Tuhan.

Rabu, 13 Mei 2009

Kembang Duren


Motif Kembang Duren
Pewarnaan Naptol Jepang
105cm x 250cm
270gr
IDR. 550.000

Dulu bila anda di Bali, bertemu dan bertanya pada orang Bali,`` Balinya mana?`` sekalipun mereka tinggal di Denpasar tak urung mereka akan menjawab,
`` Karangasem`` atau ``Buleleng`` atau `` Singapadu`` atau nama daerah lainnya.
Mengapa? Yach aq jg kurang ngeh, kenapa ya?
Batik tulis diatas katun primis

Kadang kalo ada yang Tanya,`` Gek dari mana?`` sering pula kujawab,
`` Sidemen.`` padahal jelas2 aq tinggal di Denpasar daerah Kesiman.
Namun mungkin teori ini bisa sedikit membantu anda untuk mengerti keganjilan ini. Orang Bali, sak hebat apapun dia takan pernah mau atau bisa melepaskan diri dari ikatan dengan leluhurnya. Karena bagi mereka leluhur adalah sebuah tonggak berdirinya kita sekarang. Adalah sebuah sejarah yang tak mudah unuk dihapus sekalipun mereka sudah bertahun2 melalang buana dan tinggal di negeri orang.
Leluhurku berasal dari Sidemen. Rumah tua kami masih berdiri kokoh disana. Walaupun aq jarang pulang ke sana, tapi dulu aq sering menghabiskan masa liburan disana. Anyway, daerah Sidemen selain terkenal akan kerajinan songketnya, pun dikenal akan keindahan alamnya. I think sidemen is the most beautiful village in Bali. Kalo tidak begitu, mana mungkin Mick Jagger, David Bowie, Roman Polanski, bahkan mantan RI 1, Ibu Megawati betah berlama-lama menikmati suasana pedesaan yang masih asri itu.
Satu hal yang membuat Sidemen dikenal luas juga adalah, ``durian``.
Kalo sudah musim durian tiba, teman…. Aq rela pulang dengan tancap gas dengan motor buntutku. Hanya untuk sekarung durian. Jangan disamakan dengan durian montong. Tapi ini taklah akalah nikmatnya. Lezat.
Hanya karena kisah durian inilah, kemudian aq membuat sebuah motif ``Kembang Duren`` pada batikku. Hanya sebuah catatan kecil untuk mengingatkan aq akan sidemen.

Batik dengan motif ``Kembang Duren`` ini telah menjadi koleksi dari kolektor Batik yang berasal dari Belanda.

Sabtu, 09 Mei 2009

help !


I locked away my heart but you just set it free…
Emotions I felt held me back from what my life should be..
I pushed you for away
And yet you stayed with me !
I guess this means that you and me were meant to be…

Ini adalah sebuah syair lagu entah siapa penyanyinya yang rasanya pas untuk menggabarkan suasana hatiku pada satu hal yang disebut ``batik``.
Ketika pertama kali aq putuskan untuk memulai usaha ini jangn dikira tanpa keraguan yang dalam… Tolak ukur uang bukanya tidak penting tapi itu hanyalah ada diurutan kesekian. Yang lebih penting adalah;``seberapa beraninya saya?``
Usaha ini belum tentu membawa kesuksesan toch? Belum lagi kalo difikirkan masalah bagaimana system kerja dan operasional produksi, dsb.
Jikalau terus difikir-fikir ya nda akan ada habisnya… Ingat pada petuah bijak seorang ulama yang dulu jadi idola (sekarang tidak lagi, maaf….) bahwa hidup sepatutnya menjadi berani: berani untuk bermimpi, berani untuk memulai, berani untuk gagal dan berani dikritik…. Inilah yang kemudian menjadi pijakanku untuk melangkah sekalipun aq cuman bermodal nol dan dengkul. Selama kita punya tangan dan kaki yang kuat serta otak yg dibiasakan untuk bekerja…. Selama Tuhan punya kuasa apa yang tak mungkin teman?
Tahun pertama modal ku sudah hampir balik…. Menyenangkan rasanya. Tapi apakah godaan hanya sampai disini saja? Jangan terlena! Bila dikau, teman, berfikir bahwa ujian dimulai dari memulai sebuah usaha aq kira itu sebuah kekeliruan. Dari pengalamanku sendiri, aq menemukan bahwa sesungguhnya `sebuah awal bukanlah sebuah ujian namun itu hanyalah sebuah tantangan`.
Ujian yang aslinya adalah disaat kita telah usai menjalani sebuah tantangan itu sendiri… Ujiannya adalah bagaimana kita mempertahankan ritme kerja kita, bagaimana kita mempertahankan bisnis yang sedang berjalan, bagaimana mengembangkannya, bagaimana mencari solusi ketika menghadapi satu masalah dalam bekerja. Yach… hal2 seperti itulah kiranya.
Tak ada yang sempurna…. Berkali-kali kuinjak batu kerikil, terjatuh dan terjerembab pun pernah kualami… menangis Bombay, yach… dikit2lah,hanya kalau tak ada orang.
Tapi seperti syair diatas tadi, teman, beginilah aq kini.

Jumat, 08 Mei 2009

What is New?



S O L D
Pagi Sore
Katun 105cm x 250cm
Batik Tulis
Biru Tua
270gr
IDR. 350.000

interested in Batik?



INTERSTED?

Kain Panjang
Batik Tulis
Berbahan Katun 105cm x 225cm
Warna Merah Naptol
Good condition.
Berat 270gr
IDR. 350.000

Kamis, 07 Mei 2009

What is typical of Batik Wong Bali?


ngemeng-ngemeng.... kalo ada orang yang nanyain ini... aq ni cuman bisanya garukin kepalaku yang tak gatal dan dijamin tak da kutunya.... :-)

Bingung juga aq ini.... apa ya?

Tapi kalo aq boleh jujur teman.... ya pasti bedalah batikku! COba kalian telisik design2ku.... secara tehnik pasti samalah, tapi dari segi pakem dan tata-letaknya, terang sekali bedanya... Swati, temanku dari Jakarta POst (btw,kapan ya dia bakal terbitin profileku di JP?) batik2ku lebih ``wild`` dari umumnya.


Ketika aq mulai mendesign sebuah kain, biasanya itu dari ide2 yg kutemukan atau kuliat disepanjang hariku. Dan aq bukanlah seorang yg senang terkotak-kotak pada satu sistem/pakem. Aq senang mencoba2, memadu-padankan, atau bahkan menjungkir-balikan sebuah pakem batik yang sdh ada.
Aq lebih menyenangi kebebasan dalam berkreasi...
Keindahan adlh faktor utama dari batikku. Unik dan antik, kuutamakan.

Banyak yg katakan kalo motifku kurang greget Balinya. Benarkah?
entahlah.... Akhir-akhir ini aq sedang memikirkannya.
Jadi teman bisakah kalian tolong aq untuk menemukan kekurangan dari motif2ku?
Apakah aqnya rada kurang sense Balinya?

Rabu, 06 Mei 2009

UNIQUE KIPAS


NK-28

UNIQUE KIPAS



NK-69
Teman... kipas-kipas ini di produksi dalam jumlah terbatas. Dan tiap designnya selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Jadi di jamin nga ada yang bakalan punya kembarannya.
Dibuat dengan tehnik batik plus jumputan. Pas deh... buat teman sekalian untuk melengkapi gaya terkini... Cocok juga dibuat untuk gift.
so apa ditunggu lagi?

Senin, 04 Mei 2009

how 2 buy?



Interested?
Please contact dayujiwa@hotmail.com
hotline: +628174707974
KIPAS
code no : NK 60
condition : new
size : 23cm
weigth : 50gr
price : IDR 150.000

Special offer for JaBoTaBek-Denpasar-Bandung-Yogya-Surabaya BUY 2 GET FREE FOR DELIVERY....
All cleared payment order before 2p.m. on each working day. Will be delivered/posted with the same day.Post handling by JNE, please click www.jne.co.id
for more info about price delivery.

ONE DESIGN FOR ONE KIPAS
See Buy enJoy

Minggu, 03 Mei 2009

WONG BALI?




Waktu aq menamakan batik buatan ku dengan nama ``Batik Wong Bali`` banyak orang dan teman-temanku yang ngga habis fikir, kenapa?

Ada pula diantara meraka yang ngenyek dengan diplesetkan menjadi ``batik wong samar``. Di Bali pengertian wong samar tidaklah begitu bagus, itu artinya orang yang tak nampak dan konotasinya lebih pada hal-hal yang berbau klenik-klenik.
Banyak diantara mereka yang bertanya kenapa harus Wong Bali, kenapa tidak pilih nama lainnya yang pure membawa atmosphere Bali.
Perlu diketahui, seperti halnya Bahasa Jawa, Bahasa Bali pun mengenal tingakatan bahasa. Dari yang halus, menengah dan kasar. Nah dalam hal ini kata ``wong`` yang diadaptasi dari Bahasa Jawa, di Bali sering digunakan untuk nenujukan sesuatu yang berasal dari kelas bawah. Seperti halnya ``wong samar`` ataupun ``wong jero``.
Sebenarnya penemuan nama ini boleh dikatakan sebuah kecelakaan dalam obrolran ringan dengan Mike yang suka nonkrong di restoranku kalo dia sudah habis meeting dengan koleganya. Saking seringnya kami bertukar guyonan tentang apa saja di sekitar kami jadilah nama itu yang tercetus, hingga pada akhirnya kami baru sadar : ``hey nama itu boleh juga ya...``
Singkatnya begini saja...
Awalnya dimulai dengan pertanyaan, apa sih batik Bali itu? Seperti apa designnya? Akan dipasarkan dimana, dsb. Sebenarnya, batik di Bali sudah ada sebelum aq terjun di dunia ini. Banyak senior-senior ku yang sudah malang melintang bahkan produknya sudah diekspor keluar negeri. Cuman masalahnya mereka masih belum begitu aktif mengembangkan Batik. Dalam artian, mereka mengembangkan batik lebih banyak untuk handycraf bukan batik seperti yang ada di Jawa, yang berupa kain panjang ataupun baju-baju batik.
Disinilah kemudian aq menemukan sebuah peluang untuk membuka usaha batik ini, dengan mendesignnnya sendiri bahkan pada awalnya aq kerjakan sendiri. Dari pendesignan, pembatikan sampai pada tahap pewarnaan. Awalnya konsumen yang memesan batikan adalah keluarga dekat/jauh yang memang notabene mereka adalah pecinta setia batik. Mereka menginginkan sebuah batik dengan design yang berbeda.
Sesuatu yang exclusive dan designnya hanya dibuat satu.
Hal kedua kenapa aq kemudian menetapkan untuk menggunakan kata `wong` adalah, suka tidak suka, kita tidak bisa pungkiri bahwa akar budaya batik adalah Jawa. Jadi biar bagaimanapun apa salahnya sih kita ambil sebuah kata yang juga berasal dari Jawa? Intinya aq tidak ingin memutuskan ikatan yang telah ada. Sekalipun aq telah menyerap semua ilmu tentang perbatikan itu bukan berarti aq bisa lepas dari akar batik itu sendiri.

Inilah impianku teman tentang Batik Bali. Sebuah karya yang dibuat sendiri oleh putra-putri Bali sehingga bisa disebut sebagai Batik Wong Bali.
Namun dalam perjalananku di dunia batik ini... betapa sulitnya mengajak generasi baru yang serba instan ini untuk mulai menggeluti dunia batik.

Sabtu, 02 Mei 2009

Ketika hati terpaut cinta

Kegilaan Baru

Pernahkah anda mengalami suatu masa dimana kegilaan akan suatu yang baru menderu-deru tak biasa?

Ketika tangan ini telah terbiasa dengan ulah alur sebuah alat kecil yang disebut canting, dipautnya juga hati ini. Tak berhenti aq untuk berlatih lagi dan lagi… Tak kurasa lapar, tak ada letih… tak ada kemarahan yang menjajahku selama ini.

Keingintahuan akan misteri sebuah canting telah membawa ku jauh melangkah lagi dengan membaca buku-buku tentang batik atau mencari info sebanyak kubisa lewat internet.

Aneh saja kurasa, bahwa sejak kecil aq telah terbiasa melihat bagaimana mamaku tergila-gila pada batik. Koleksi batiknya dari daerah Cirebon, Solo, Yogya, Pekalongan, dan Madura. Bahkan nenekku dimasa hidupnya masih keukeuh mengenakan batik sehari-harinya.

Ketika aq beranjak besar dilatihnya aq memakai kain batik, melipatnya dengan benar bahkan bagaimana mewirunya. Dihari tertentu mamaku menyibukan diri dengan ritual meratus batik-batiknya.

Dan kini, 20 tahun kemudian, terjebak juga diriku dalam dunia batik.

Setelah menyelesaikan kursusku, pulanglah aq ke Bali. Waktu ini aq masih punya sebuah restoran di Sanur. Di pojokan Pantai Sindhu. Hyde Park Corner namanya. Disitulah aq biasanya menghabiskan hari-hariku. Suatu malam seorang teman lama dari Inggris datang berkunjung. Namanya Michael Hithchcock. Seorang dosen di salah satu universitas di Inggris. Kepadanya aq bercerita banyak tentang pengalaman baruku akan canting dan batik. Kami berdiskusi banyak tentang sejarah batik Indonesia.

Keesokan harinya dia datang lagi ke restoran sambil membawa beberapa buku tentang batik, dia bilang bahwa aq harus lebih banyak membaca tentang batik.

Tahukah teman, bukannnya aq ini tak tahu terima kasih, tentu saja aq bilang thank you ke dia… tapi yang bikin hati ini ciut, semua buku-buku itu dalam teks bahasa Inggris, bok!

Mana dia katakana lagi kalau dia akan kirimi aq lebih banyak buku sesampainya dia di London. Onde mande tusde… apa boleh buat, apa mau dikata… hati ini telah jantuh cinta pada batik. Itulah teman ; semua karena cinta !!!

Awalnya agak malas juga membacanya, satu halaman dua halaman tanpa tersa sudah ½ buku aq lewati dan aq semakin terperangah… Wow !!!

Life is Adventure!!!

Jumat, 01 Mei 2009

Membatik = Managament Angry


Life is suck!
Life is problems!
Life is shit!
Namun di balik itu, bila kita lihat dengan kejernihan hati....
Life is Beautiful! Great! And Brave... Dan dari semuanya itu hal yang paling terhebat adalah DISAAT TUHAN MEMBERI KITA KESEMPATAN BARU UNTUK JALANI HIDUP INI...

Tiap kali tangan ini mencoba untuk melakukan hal yang sama seperti yang dicontohkan oleh Pak Heri hanya berakhir pada kesalahan yang sama dan terus berulang-ulang. Hampir seminggu aq dalam situasi seperti itu...
Mencanting tidak semudah yang kukira. Tanganku selalu gemetaran saat berusaha mencanting diatas kain. Aneh,kan?! Bagaimana bisa... Satu keburukan yang tak pernah bisa kuubah adalah memaki disaat kemarahan datang mengglayuti hati.
Oiii... Bung, jangan heran ya... kalo sudah begini ini semua kata-kata memaki yang ada dalam kamus Bahasa Bali muntah belepotan dibibirku. Bah, apa pula begini?!! Mbatinku dalam hati. Mangkel, ngedumel, be-te itu mah sudah lewat jauh.... Untungnya Pak Heri tak mengerti pula semua sumpah serapah yang kumuntabkan.

Tapi, masa iya sebego
itu beliaunya ?
Suatu hari, mungkin karena rasa penasarannya... akhirnya bertanya juga beliau. Aq hanya menjawab singkat seperti itu bukanlah hal yang perlu dibahas lebih lanjut.
Namun tidakah teman-teman sepaham denganku, biarpun kita memaki dengan kata yang berbeda-beda , bukankah yang namanya ``memaki`` ya tetaplah ``memaki`` ya pastinya dimana-mana nada/intonasinya tetaplah sama. Tidakkah begitu?

7 hari sudah tanpa hasil. 100ribu/hari... aq ni benar-benar buang uang.
Lalu aq sampaikan ke beliau kalau aq ni lebih baik mundur saja alias berhenti kursusnya.
Dengan kalem beliau nyahut,`` hatimu lagi rusuh, Dik. Makanya kamu belum bisa melakukannya dengan baik dan benar. Selama kamu belum bisa menata hatimu, canting tidak akan pernah tunduk padamu.``

Wiiiieh... apa lagi ini? Macam dokter saja beliau pake bawa-bawa hatiku segala. Karena aq masih tidak bergeming, berujar lagi ia,`` Sana tanya sama si mbok yang lagi ngbatik di sebelah sana. Apa itu batik?``

``Wah Pak... gitu aja moso
pake ditanyain segala? Mbatik ya mbatik seperti ini,kan?`` sanggahku.
``Ya coba ditanyakan dulu...`` kali ini ada nada memaksa di dalam kata-katanya.

Dengan setengah hati bergerak juga aq ke arah si mbok yang memang biasa duduk ngbatik di seberang ruangan kursusku. Perempuan paruh baya, dengan rambut yang hampir seluruhnya telah berganti warna menjadi putih. Duduk dalam ketenangan mencanting dengan kecepatan yang telah terlatih oleh waktu... Tersenyum ia ketika aq datang menghampirinya.
``Apa kabar, Jeng?`` Sapanya. ``Baik``, jawabku singkat.`` Mbok, aq ni disuruh tanya sama panjenengan
<anda> , Batik itu apa ya?``
Enteng pula dia langsung tertawa, `` Oalah.. tak pikir ada apa yo...``
``Mba Dayu, batik itu ya... Sabar, Tekun dan Tirakat`` jawabnya tersenyum.

Duh... taukah teman? aq serasa di tampar!
Bukankah selama ini aq tak pernah berada pada areal itu. Tak pernah sekalipun aq melatih diriku untuk menjadi sabar , apalagi tekun... mana pakai tirakat lagi. Bah.. jauh bangetlah itu dari hidupku selama ini.
Kusadarkan diri, betapa mudahnya aq selama ini mendapatkan apa yang kuinginkan. Betapa gampangnya aq menjadi pemarah.. lebih sering pada hal-hal yang sepele. Betapa seringnya aq mengabaikan sesuatu tanpa berfikir panjang.

Sesak rasanya menyadari hal-hal yang menjadi kebiasaan burukku.
Dengan langkah lesu aq kembali pada tempatku membatik. Lama kurenungi 3 kata-kata itu. Berbagai pertanyaan kemudian berseliweran seenaknya dikepalaku.
Tuhan, tolonglah aq!

Hening.
Kuambil cantingku lagi. Perlahan
Kucoba mengingat petunjuk yang diberikan oleh guruku beberapa hari sebelumnya dengan baik-baik. Kucoba atur emosiku. Kutarik nafas kutahan nafas lalu kuhembuskan perlahan. Ang Ung Mang !
Satu persatu pertanyaan mulai terang menampakan bentuk-bentuknya.
Kenapa kamu datang ketempat ini? Apa tujuanmu? Apa yang kamu inginkan? Apakah kamu dilahirkan untuk jadi pecundang?

Tidak, aq didik untuk selalu fight dalam hidupku. Masa iya aq dikalahin sama sebuah canting? Masa iya aq mau kalah sebelum berperang? Kalo si mbok itu yang notabene pendidikannya jauh di bawahku bisa melalui rintangan itu, masa aq ngga bisa?

Tidak ada kata telat untuk belajar,Bung! Bukankah ini yang aq cari?
Sebuah tantangan dalam hidup!

Tuhan tak pernah tidur, teman. Dalam hitungan jam tanganku telah menari searah dengan gerakan canting.
Horeee..... Aq bisa!!!

Life is a Gift!